Saturday, October 1, 2016

Sejarah Kerajaan Sunda

Pulau jawa adalah induk dari seluruh pulau di indonesia, karena banyak sejarah Indonesia berlangsung di pulau ini.


Dahulu, Jawa adalah pusat beberapa kerajaan Hindu-Budha, kesultanan Islam, pemerintahan kolonial Hindia - Belanda, serta pusat Pergerakan kemerdekaan indonesia. Pulau ini berdampak besar terhadap kehidupan sosial, politik, dan ekonomi Indonesia.
Beberapa kerajaan yang pernah berjaya di pulau ini adalah kerajaan Majapahit, Sriwijaya, dan kerajaan sunda atau bisa di sebut kerajaan pasundan.

Berikut Sekilas tentang kerajaan sunda 

Kerajaan Sunda atau Kerajaan Pasundan adalah kerajaan yang pernah ada antara tahun 932 dan 1579 Masehi yang didirikan oleh Sri Jayabhupati, di bagian barat pulau jawa dengan luas meliputi ( Provinsi Banten, Jakarta, Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah sekarang ). Bukti kuat dari kerajaan sunda juga disebutkan dalam Prasastipa Sanghyang Tapak di kampung Pangcalikan dan Bantarmuncang, Suka Bumi. Bahkan kerajaan ini pernah menguasai wilayah bagian selatan pulau sumatera. Kerajaan ini bercorak hindu - budha, dan di kenal sebagai istilah keagamaan nya yaitu agama Sunda Wiwitan.
Dan sekitar abad ke-14 kerajaan sunda di ketahui telah beribu kota di Pakuan pajajaran yang sekarang jadi kota Bogor serta memiliki kawasan pelabuhan utama di Kalapa dan Banten. 
Di tahun 1475 Raja dari kerajaan sunda wafat yang bernama Wastu Kancana, dan kerajaan sunda di bagi dua karena adanya dua pewaris tahta kerajaan. Kerajaan Pajajaran yang berada di Bogor berada dibawah kekuasan pemerintahan Prabu Susuktunggal (Sang Haliwungan) serta Kerajaan Galuh yang mencakup Parahyangan bertempat di Kawasan Kawali atau ciamis sekarang dan beberapa peninggalannya terletak di karangkamulyan dan astana gede kawali ) dan berada dibawah kekuasaan Dewa Niskala. Keduanya tidaklah memperoleh gelar Prabu Siliwangi dikarenakan kekuasaan mereka tidaklah mencakup seluruh tanah Sunda. 
Adapun beberapa peninggalan kerajaan sunda adalah :
  • Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
  • Prasasti Batu Tulis, Bogor
  • Prasasti Rakyan Juru Pangambat
  • Prasasti Astanagede
  • Prasasti Horren
  • Prasasti Kawali, Ciamis
  • Tugu Perjanjian Portugis (padraƵ), Kampung Tugu, Jakarta
  • Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor
  • Berita asing dari Tome Pires (1513) dan Pigafetta (1522)
  • Kitab cerita Kidung Sundayana dan Cerita Parahyangan
Dan Raja-raja yang pernah berkuasa di antaranya :
  • Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521)
  • Surawisesa (1521 – 1535)
  • Ratu Dewata (1535 – 1543)
  • Ratu Sakti (1543 – 1551)
  • Ratu Nilakendra (1551-1567)
  • Raga Mulya (1567 – 1579) dikenal sebagai Prabu Surya Kencana
  • Rahyang Niskala Wastu Kencana
  • Rahyang Dewa Niskala (Rahyang Ningrat Kencana)
  • Sri Baduga MahaRaja
  • Hyang Wuni Sora
  • Ratu Samian (Prabu Surawisesa), dan
  • Prabu Ratu Dewata.
Runtuhnya Kerajaan sunda
Kerajaan sunda hancur akibat adanya serangan dari kerajaan lain, saat itu pada tahun 1579 Kesultanan Banten lah yang mengakhiri zaman Kerajaan Pajajaran. Pasukan Maulana Yusuf membawa Singgahsana Raja dari Pakuan ke Surasowan di Banten sebagai tanda runtuhnya Kerajaan Pajajaran tersebut.
Singgahsana yang dibawa berbentuk bongkahan batu dengan ukuran 200x160x20 cm, Pasukan Maulana Yusuf membawanya ke Banten adalah sebagai bentuk tradisi politik yang bertujuan agar di Pakuan sana tidak lagi dapat diangkat raja yang baru, dan Maulana Yusuf secara otomatis menjadi pemegang kekuasaan atas sunda.

Adapun pertempuran lainnya yaitu perang bubat, sekilas tentang perang bubat :
  
Perang ini terjadi sekitar tahu 1279 saka atau 1357 M atau abad ke 14, dan menandai runtuhnya kerjaan sunda dan kemunduran kerajaan majapahit. 
Saat itu kerajaan majapahit di pimpin oleh hayam wuruk dan patihnya yaitu mahapatih Gajah Mada, Hayam wuruk berencana meminang putri kerajaan sunda yaitu puteri dyah pitaloka citraresmi,  Konon ketertarikan Hayam Wuruk terhadap putri tersebut karena beredarnya lukisan sang putri di Majapahit, yang dilukis secara diam-diam oleh seorang seniman pada masa itu, bernama Sungging Prabangkara. Niat pernikahan itu adalah untuk mempererat tali persaudaraan yang telah lama putus antara Majapahit dan Sunda. Raden Wijaya yang menjadi pendiri kerajaan Majapahit dianggap keturunan Sunda dari Dyah Lembu Tal dan suaminya yaitu Rakeyan Jayadarma raja kerajaan Sunda. Hal ini juga tercatat dalam Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara parwa II. Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut pula dengan nama Jaka Susuruh dari Pajajaran. Meskipun demikian, catatan sejarah Pajajaran tersebut dianggap lemah kebenarannya, terutama karena namaDyah Lembu Tal adalah nama laki-laki.
Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Maharaja Linggabuana untuk melamar Dyah Pitaloka. Upacara pernikahan rencananya akan dilangsungkan di Majapahit. 
Maharaja linggabuana dari kerajaan sunda pergi memenuhi undangan dari majapahit bersama puteri diah pitaloka dan di kawal oleh se-kompi tentaranya. 
Permasalahan di awali dari niat gajah mada patih majapahit untuk menguasai kerajaan sunda, dan gajah mada menganggap bahwa kedatangan rombongan sunda adalah bukti takluk dan mengakui superioritas Majapahit. 
Dan belum sempat Hayam Wuruk memberikan putusannya, Gajah Mada sudah mengerahkan pasukannya (Bhayangkara) ke Pesanggrahan Bubat dan mengancam Linggabuana untuk mengakui superioritas Majapahit, Demi mempertahankan kehormatan sebagai ksatria Sunda, Linggabuana menolak tekanan itu. Terjadilah peperangan yang tidak seimbang antara Gajah Mada dengan pasukannya yang berjumlah besar, melawan Linggabuana dengan pasukan pengawal kerajaan (Balamati) yang berjumlah kecil serta para pejabat dan menteri kerajaan yang ikut dalam kunjungan itu.
Peristiwa itu berakhir dengan gugurnya Linggabuana, para menteri, pejabat kerajaan beserta segenap keluarga kerajaan Sunda, Tradisi menyebutkan bahwa putri Dyah Pitaloka dengan hati berduka melakukan bela pati, bunuh diri untuk membela kehormatan bangsa dan negaranya.
Atas peristiwan tersebut gajah mada melakukan pengasingan diri, dan awal dari berakhirnya kejayaan majapahit.

Terimakasih telah membaca 

No comments:

Post a Comment